Oleh Halimah
Seorang ibu bertanya kepada kawannya, tentang seorang wanita yang telah menjanda, dengan tiga orang anaknya yang sedang tumbuh. Ibu ini, namakan saja Ina, sangat takjub dengan sang wanita ini.
Ibu Ina sangat heran, karena roda kehidupan wanita yang telah ditinggal suaminya ( meninggal karena sakit ) terlihat berjalan normal. Anak-anaknya masih bisa bersekolah, dan berpakaian pantas. Sementara, bila ke rumah wanita itu, selalu ada penganan dan air untuk setiap tamu yang datang.
Ibu Ina yang mempunyai karakter disiplin dalam mengelola keuangan rumahtangganya, bahkan menghitung setiap rupiah yang masuk dan keluar di kantongnya dengan cermat. tidak habis pikir, karena wanita ini tidak bekerja ke luar rumahnya, dan terlihat adem ayem dalam mengisi kesehariannya.
Rupanya ibu Ina lupa, bahwa hanya Allah Swt. yang mampu memberikan rejeki kepada setiap makhluk hidup di dunia ini. Sementara selama ini, beberapa dari ibu masih mengira rejeki itu datangnya dari suami mereka. Padahal yang sebenarnya, suami hanyalah pencari rejeki.
Ada pula kisah seorang ibu dengan lima orang anaknya. Dia pun ditinggal oleh suaminya ( meninggal ) beberapa tahun lalu. Keempat anaknya pun masih tumbuh ; SD, SMP, SMU, Kuliah.
Kondisi ibu ini masih lemah, karena baru saja pulih dari penyakit tumor di otaknya, harus kehilangan pendampingnya. Bagaimana beratnya kehidupan yang harus dijalaninya. Rumahpun tak punya, bahkan anak-anaknya masih memerlukan banyak biaya. Mungkin kita akan berpikir, “Mungkin anak-anaknya akan berhenti sekolah!”.
Ternyata apa yang disangkakan orang, tidak terjadi. Dia tetap menyekolahkan anak-anaknya, bahkan saat ini anak tertuanya sedang diakhir kuliahnya, siap untuk di wisuda.
Ibu yang pertama, yang saya ceritakan di awal tulisan ini, mendapatkan jalan rejeki melalui salah satu anaknya yang bekerja sebagai honorer di Pemda, dan juga ternyata Ibu yang telah cukup umur ,yang kelihatan agak lemah ini, punya sebuah keahlian yang dipelajarinya setelah suaminya meninggal. Hingga orang-orang sering meminta bantuannya dengan datang ke rumahnya. Hingga dia tak tampak sibuk di mata kita.
Sementara ibu yang mempunyai lima anak, lain pula aliran rejekinya. Dia sering menerima pesanan kue-kue, walau dalam jumlah terbatas, karena dia tak mampu untuk membuat banyak. Selain itu, jalur rejekinya mulai diberikan oleh Allah melalui penitipan anak-anak tetangganya yang kedua orangtuanya bekerja.
Hingga saat ini, di rumah ibu tersebut, bagaikan sebuah tempat khusus penitipan anak-anak, baik yang masih bayi hingga usia 4 tahun. Dia tidak menetapkan tarip untuk jasanya ini. Karena dia memang sungkan untuk mematok tarip, tapi alhamdulillah dengan lima anak yang dititipkan kepadanya, ternyata mampu membuat dia bisa mengepulkan asap di dapurnya, dan mampu membiayai sekolah anak-anaknya. Pekerjaan menjaga anak-anak tetangga tidak pernah dibayangkannya, bahkan bantuannya ini ternyata juga bisa membuatnya terbantu untuk kelangsungan kehidupannya bersama anak-anaknya.
Bagaimana pendapat kita tentang suami yang hanya pencari rejeki?
Bukankah dua cerita kehidupan dua janda diatas dapat mewakili keyakinan kita, bahwa walau suami telah tiada, ternyata roda kehidupan masih bisa berjalan normal? Karena memang hanya Allah Swt. yang bisa menjamin kita, bahwa rejeki akan tetap mengalir kepada makhluknya tanpa pandang bulu.
Sangatta, 30 Nopember 2011
Halimahtaslima@gmail.com
Seorang ibu bertanya kepada kawannya, tentang seorang wanita yang telah menjanda, dengan tiga orang anaknya yang sedang tumbuh. Ibu ini, namakan saja Ina, sangat takjub dengan sang wanita ini.
Ibu Ina sangat heran, karena roda kehidupan wanita yang telah ditinggal suaminya ( meninggal karena sakit ) terlihat berjalan normal. Anak-anaknya masih bisa bersekolah, dan berpakaian pantas. Sementara, bila ke rumah wanita itu, selalu ada penganan dan air untuk setiap tamu yang datang.
Ibu Ina yang mempunyai karakter disiplin dalam mengelola keuangan rumahtangganya, bahkan menghitung setiap rupiah yang masuk dan keluar di kantongnya dengan cermat. tidak habis pikir, karena wanita ini tidak bekerja ke luar rumahnya, dan terlihat adem ayem dalam mengisi kesehariannya.
Rupanya ibu Ina lupa, bahwa hanya Allah Swt. yang mampu memberikan rejeki kepada setiap makhluk hidup di dunia ini. Sementara selama ini, beberapa dari ibu masih mengira rejeki itu datangnya dari suami mereka. Padahal yang sebenarnya, suami hanyalah pencari rejeki.
Ada pula kisah seorang ibu dengan lima orang anaknya. Dia pun ditinggal oleh suaminya ( meninggal ) beberapa tahun lalu. Keempat anaknya pun masih tumbuh ; SD, SMP, SMU, Kuliah.
Kondisi ibu ini masih lemah, karena baru saja pulih dari penyakit tumor di otaknya, harus kehilangan pendampingnya. Bagaimana beratnya kehidupan yang harus dijalaninya. Rumahpun tak punya, bahkan anak-anaknya masih memerlukan banyak biaya. Mungkin kita akan berpikir, “Mungkin anak-anaknya akan berhenti sekolah!”.
Ternyata apa yang disangkakan orang, tidak terjadi. Dia tetap menyekolahkan anak-anaknya, bahkan saat ini anak tertuanya sedang diakhir kuliahnya, siap untuk di wisuda.
Ibu yang pertama, yang saya ceritakan di awal tulisan ini, mendapatkan jalan rejeki melalui salah satu anaknya yang bekerja sebagai honorer di Pemda, dan juga ternyata Ibu yang telah cukup umur ,yang kelihatan agak lemah ini, punya sebuah keahlian yang dipelajarinya setelah suaminya meninggal. Hingga orang-orang sering meminta bantuannya dengan datang ke rumahnya. Hingga dia tak tampak sibuk di mata kita.
Sementara ibu yang mempunyai lima anak, lain pula aliran rejekinya. Dia sering menerima pesanan kue-kue, walau dalam jumlah terbatas, karena dia tak mampu untuk membuat banyak. Selain itu, jalur rejekinya mulai diberikan oleh Allah melalui penitipan anak-anak tetangganya yang kedua orangtuanya bekerja.
Hingga saat ini, di rumah ibu tersebut, bagaikan sebuah tempat khusus penitipan anak-anak, baik yang masih bayi hingga usia 4 tahun. Dia tidak menetapkan tarip untuk jasanya ini. Karena dia memang sungkan untuk mematok tarip, tapi alhamdulillah dengan lima anak yang dititipkan kepadanya, ternyata mampu membuat dia bisa mengepulkan asap di dapurnya, dan mampu membiayai sekolah anak-anaknya. Pekerjaan menjaga anak-anak tetangga tidak pernah dibayangkannya, bahkan bantuannya ini ternyata juga bisa membuatnya terbantu untuk kelangsungan kehidupannya bersama anak-anaknya.
Bagaimana pendapat kita tentang suami yang hanya pencari rejeki?
Bukankah dua cerita kehidupan dua janda diatas dapat mewakili keyakinan kita, bahwa walau suami telah tiada, ternyata roda kehidupan masih bisa berjalan normal? Karena memang hanya Allah Swt. yang bisa menjamin kita, bahwa rejeki akan tetap mengalir kepada makhluknya tanpa pandang bulu.
Sangatta, 30 Nopember 2011
Halimahtaslima@gmail.com