Meski dibesarkan oleh orang tua tunggal, kehidupan Sunaku bisa dibilang nyaman dan serba kecukupan. Sejak ayahnya meninggal, ibunyalah yang membesarkan dan mendidik Sunaku. Ibunya yang selalu berusaha memberikan rasa aman dan memastikan putri satu-satunya bahagia dan terpenuhi kebutuhannya.
"Tapi sejak kecil, saya sebenarnya tidak pernah betul-betul merasa bahagia. Saya malah sering diserang rasa gelisah yang berlebihan," ujar perempuan asal Jepang itu, "saya berusaha mengatasi rasa itu dengan memusatkan perhatian pada studi saya dan jalan-jalan keliling dunia sebagai turis. Tapi rasa gelisah itu tetap sering muncul saya sampai saya lulus sekolah menengah dan berangkat ke Inggris untuk kuliah jurusan Bahasa Inggris."
Suatu ketika saat liburan, Sunaku bersama teman-temannya yang juga dari Jepang berwisata ke Yordania. Seorang temannya yang sudah pernah ke Yordania, mengatur agar Sunaku bisa tinggal dengan warga lokal, sebuah keluar Muslim Yordania. Keluarga muslim itulah yang menimbulkan rasa kagum Sunaku pada Islam, sekaligus membuyarkan penilaiannya yang selama ini negatif terhadap Islam dan Muslim.
"Saya melihat kehidupan mereka sangat praktis dan teratur. Rumah mereka selalu bersih. Saya terkesan dengan kuatnya hubungan antar anggota keluarga mereka dan rasa tanggung jawab yang mereka tunjukkan pada lingkungan sekitar. Ada ketulusan dan rasa saling mempercayai diantara mereka, yang tidak pernah saya saksikan di manapun," kata Sunaku.
"Suami di keluarga itu bekerja untuk menafkahi keluarganya, sedangkan istrinya mengatur rumah dan terlihat senang dan puas dengan pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga. Saya merasa inilah kebahagiaan yang saya impikan. Pada saat yang sama, saya menyadari bahwa gambaran saya selama ini tentang Islam ternyata salah besar ..."
"Saya tidak tahu realita Islam yang sebenarnya karena tidak pernah bergaul dengan orang Islam. Gambaran saya tentang muslim semata-mata hanya berdasarkan pada apa yang saya lihat di berita-berita tv, dan saya sudah semena-mena menganggap orang-orang Islam sebagai orang yang menyukai kekerasan," papar Sunaku.
Setelah melakukan perjalanan ke Yordania, ia memutuskan untuk mempelajari Islam dan mencari tahu pesan-pesan apa sebenarnya yang diajarkan Islam. Sunaku lalu mengunjungi Islamic Center di Tokyo dan meminta satu buah Al-Quran dengan terjemahan bahasa Jepang. Ia juga mendapat sebuah buku tentang kehidupan Nabi Muhammad Saw. Selanjutnya, secara rutin Sunaku belajar Islam di Islamic Center tersebut dengan bimbingan para ulama asal Jepang, Pakistan dan negara-negara Arab, hingga ia benar-benar menyadari bahwa Islam adalah agama kebenaran.
Sunaku merasa keyakinannya bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta dan Pemelihara alam semesta, semakin teguh. "Makin banyak saya membaca tentang Islam, keyakinan dan pemahaman saya pada Islam makin kuat. Saya menemukan bahwa Islam-lah yang mengangkat derajat kaum perempuan dan membebaskan kaum perempuan secara intelektual," tukas Sunaku.
Setelah enam bulan belajar Islam, Sunaku memutuskan untuk menjadi seorang muslimah dan mendeklarasikan dua kalimat syahadat. Ia mulai menunaikan salat lima waktu dan berpuasa di bulan Ramadan. Sunaku juga mulai menghapal surat-surat dalam Al-Quran.
"Allah memberikan kemampuan pada saya untuk menghapal surat-surat pendek dalam Al-Quran. Saya tertarik pada bahasa Arab, sejak pertama kali saya mendengar bahasa itu. Makanya saya memutuskan untuk mempelajari bahasa yang indah itu. Saya mengambil kursus di bahasa Arab di Islamic Center di Tokyo, dan nanti saya ingin melanjutkannya ke Mesir dengan mengambil studi Islam ..."
"Saya berdoa semoga Allah Swt. menjadikan saya dan kisah saya ini sebagai petunjuk bagi yang lainnya untuk menemukan cahaya Islam, karunia terbesar bagi orang yang menerimanya," tandas Sunaku. (kw/TTI)
"Tapi sejak kecil, saya sebenarnya tidak pernah betul-betul merasa bahagia. Saya malah sering diserang rasa gelisah yang berlebihan," ujar perempuan asal Jepang itu, "saya berusaha mengatasi rasa itu dengan memusatkan perhatian pada studi saya dan jalan-jalan keliling dunia sebagai turis. Tapi rasa gelisah itu tetap sering muncul saya sampai saya lulus sekolah menengah dan berangkat ke Inggris untuk kuliah jurusan Bahasa Inggris."
Suatu ketika saat liburan, Sunaku bersama teman-temannya yang juga dari Jepang berwisata ke Yordania. Seorang temannya yang sudah pernah ke Yordania, mengatur agar Sunaku bisa tinggal dengan warga lokal, sebuah keluar Muslim Yordania. Keluarga muslim itulah yang menimbulkan rasa kagum Sunaku pada Islam, sekaligus membuyarkan penilaiannya yang selama ini negatif terhadap Islam dan Muslim.
"Saya melihat kehidupan mereka sangat praktis dan teratur. Rumah mereka selalu bersih. Saya terkesan dengan kuatnya hubungan antar anggota keluarga mereka dan rasa tanggung jawab yang mereka tunjukkan pada lingkungan sekitar. Ada ketulusan dan rasa saling mempercayai diantara mereka, yang tidak pernah saya saksikan di manapun," kata Sunaku.
"Suami di keluarga itu bekerja untuk menafkahi keluarganya, sedangkan istrinya mengatur rumah dan terlihat senang dan puas dengan pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga. Saya merasa inilah kebahagiaan yang saya impikan. Pada saat yang sama, saya menyadari bahwa gambaran saya selama ini tentang Islam ternyata salah besar ..."
"Saya tidak tahu realita Islam yang sebenarnya karena tidak pernah bergaul dengan orang Islam. Gambaran saya tentang muslim semata-mata hanya berdasarkan pada apa yang saya lihat di berita-berita tv, dan saya sudah semena-mena menganggap orang-orang Islam sebagai orang yang menyukai kekerasan," papar Sunaku.
Setelah melakukan perjalanan ke Yordania, ia memutuskan untuk mempelajari Islam dan mencari tahu pesan-pesan apa sebenarnya yang diajarkan Islam. Sunaku lalu mengunjungi Islamic Center di Tokyo dan meminta satu buah Al-Quran dengan terjemahan bahasa Jepang. Ia juga mendapat sebuah buku tentang kehidupan Nabi Muhammad Saw. Selanjutnya, secara rutin Sunaku belajar Islam di Islamic Center tersebut dengan bimbingan para ulama asal Jepang, Pakistan dan negara-negara Arab, hingga ia benar-benar menyadari bahwa Islam adalah agama kebenaran.
Sunaku merasa keyakinannya bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta dan Pemelihara alam semesta, semakin teguh. "Makin banyak saya membaca tentang Islam, keyakinan dan pemahaman saya pada Islam makin kuat. Saya menemukan bahwa Islam-lah yang mengangkat derajat kaum perempuan dan membebaskan kaum perempuan secara intelektual," tukas Sunaku.
Setelah enam bulan belajar Islam, Sunaku memutuskan untuk menjadi seorang muslimah dan mendeklarasikan dua kalimat syahadat. Ia mulai menunaikan salat lima waktu dan berpuasa di bulan Ramadan. Sunaku juga mulai menghapal surat-surat dalam Al-Quran.
"Allah memberikan kemampuan pada saya untuk menghapal surat-surat pendek dalam Al-Quran. Saya tertarik pada bahasa Arab, sejak pertama kali saya mendengar bahasa itu. Makanya saya memutuskan untuk mempelajari bahasa yang indah itu. Saya mengambil kursus di bahasa Arab di Islamic Center di Tokyo, dan nanti saya ingin melanjutkannya ke Mesir dengan mengambil studi Islam ..."
"Saya berdoa semoga Allah Swt. menjadikan saya dan kisah saya ini sebagai petunjuk bagi yang lainnya untuk menemukan cahaya Islam, karunia terbesar bagi orang yang menerimanya," tandas Sunaku. (kw/TTI)