Oleh: Shally Pristine
Pada akhir abad ke-19, para pendakwah bekerja dengan mengembara dari kampung ke kampung di negara Cad, sambil mengajar atau berdagang untuk menghidupi diri.
Danau raksasa di barat laut Cad adalah sumber kehidupan pertama bagi penduduk Republik Cad – sebuah negara di Afrika Tengah yang terkurung daratan. Secara geografis, Cad berbatasan dengan Libya di sebelah utara, Republik Afrika Tengah di selatan, Niger di barat, Sudan di timur, dan Nigeria serta Kamerun di barat daya.
Adrian Room dalam African Placenames, menjelaskan, nama Cad, yang dalam bahasa setempat berarti kumpulan air berukuran besar alias danau, semula tersemat bagi telaga yang sudah ada sejak 13 ribu tahun lalu. Seiring perkembangan waktu, barulah kata Cad digunakan untuk menamai daerah di sekitar danau dan negara di Afrika bagian tengah tersebut.
Para sejarawan percaya, Danau Cad semula adalah laut purba di tengah benua yang bisa mengembang dan menyurut karena iklim. Luas danau itu pernah mencapai hampir setengah juta kilometer persegi atau sekitar sepertiga wilayah negara Cad saat ini. Peran danau air tawar itu sangat sentral bagi masyarakat di kawasan serbagurun tersebut.
Peradaban Cad yang perdana muncul di sini, seiring kedatangan kaum pendatang dari daerah di sekitarnya pada 7.000 tahun sebelum Masehi. Pada 1960-an, luasnya tinggal 26 ribu kilometer persegi saja. Peningkatan kebutuhan air bersih telah membuat ukuran Danau Cad makin surut. Pada 1983, luasnya sekitar 10 ribu-25 ribu kilometer persegi, tergantung musim, sementara pada 2000 hanya 1.500 kilometer persegi.
Kawasan cekungan danau yang tak lagi terendam air kemudian menjadi rawa dangkal. Kawasan rawa nan luas ini menjadi habitat aneka fauna khas Afrika seperti kuda nil, buaya, bangau, dan aneka ikan.Pada wilayah cekungan Danau Cad inilah jejak Islam di negara yang berjuluk 'Jantung Mati Afrika' yang paling awal bisa ditemukan.
Kedatangan Islam
Cad adalah rumah bagi 6,25 juta umat Islam. Menurut data pada Pew Research Center, populasi Muslim di negara beribu kota N’djamena itu sebanyak 55,8 persen dari total penduduk. Lalu sejak kapan agama Islam menyebar di negara berjudul ‘’Jantung Mati Afrika’’ itu?
Sondersen Beck dalam Africa 1500 menyebut, di sekitar danau berdiam keturunan Uqbah bin Nafi, penyebar Islam di Afrika Utara. Uqbah tergabung dalam misi penaklukan kawasan Afrika Utara yang dipimpin pamannya, Amr bin Ash, sekitar 650-an Masehi. Khalifah Umar bin Khattab sendiri yang memberi instruksi langsung untuk melakukan misi strategis tersebut.
Sedangkan Jean Claude Zeltner dalam Les pays du Tchad dans la tourmente, menuturkan, penyebar Islam di dataran rendah Cad yang pertama adalah kaum Berber yang sudah memeluk Islam.
Walau demikian, sejarah mencatat penguasa asli di wilayah Kanem dan Bornu sudah memeluk Islam pada abad ke-11. Kanem dan Bornu adalah kerajaan yang terletak di timur laut Danau Cad. Ekspansi besar golongan Arab ke Cad baru terjadi tiga abad kemudian.
Mulanya, Islam hanya populer di kawasan perkotaan dan terbatas bagi kaum elite penguasa, ulama, serta bangsawan semata. Perlahan-lahan, agama baru ini bisa melebur dengan kebudayaan setempat melalui perkawinan lintas kalangan. Selain itu, Islam juga mulai tersebar secara bertahap di komunitas non-Arab.
Hasilnya, Islam di Cad mulai diterima secara luas, tak lagi didominasi elemen-elemen budaya Arab sehingga menghasilkan lanskap sosial yang berwarna. Tarikat sufi, terutama Tijaniyah dan Sanusiyah, berperan besar dalam penyebaran Islam di pedesaan Cad. Para pengikut tarikat ini aktif berdakwah ke pedalaman, kampung berawa, hingga pelosok sabana yang membentang di kawasan selatan.
John Works dalam Pilgrims in a Strange Land, menulis, pada akhir abad ke-19, para pendakwah bekerja dengan mengembara dari kampung ke kampung sambil mengajar atau berdagang untuk menghidupi diri. Hasilnya signifikan, sebanyak 55 persen penduduk Cad tercatat sebagai pemeluk Islam. Kristen dan Protestan menjadi kelompok agama dominan setelah Islam. Selain itu, masih terdapat sebagian kecil penganut animisme dan ateisme.
Walau keterlibatan pendakwah sufi dalam dakwah di pedesaan terbilang intensif, namun sinkretisme Islam dengan aliran kepercayaan setempat serta praktik ibadahnya sulit terhindarkan. Kondisi tersebut terutama terjadi di Cad bagian selatan yang kebudayaannya masih bertalian kental dengan keyakinan leluhurnya yang pagan.
Karena karakter yang cenderung terbelakang tadi, kawasan ini baru berkembang setelah kedatangan kolonialis Prancis. Sebelum kolonialisasi, perkembangan Islam di bagian utara Cad jauh lebih maju daripada di bagian selatan yang animis, baik dalam skala maupun karakter aktivitas politik, ekonomi, komersial, dan budayanya.
Pada akhir abad ke-19, para pendakwah bekerja dengan mengembara dari kampung ke kampung di negara Cad, sambil mengajar atau berdagang untuk menghidupi diri.
Danau raksasa di barat laut Cad adalah sumber kehidupan pertama bagi penduduk Republik Cad – sebuah negara di Afrika Tengah yang terkurung daratan. Secara geografis, Cad berbatasan dengan Libya di sebelah utara, Republik Afrika Tengah di selatan, Niger di barat, Sudan di timur, dan Nigeria serta Kamerun di barat daya.
Adrian Room dalam African Placenames, menjelaskan, nama Cad, yang dalam bahasa setempat berarti kumpulan air berukuran besar alias danau, semula tersemat bagi telaga yang sudah ada sejak 13 ribu tahun lalu. Seiring perkembangan waktu, barulah kata Cad digunakan untuk menamai daerah di sekitar danau dan negara di Afrika bagian tengah tersebut.
Para sejarawan percaya, Danau Cad semula adalah laut purba di tengah benua yang bisa mengembang dan menyurut karena iklim. Luas danau itu pernah mencapai hampir setengah juta kilometer persegi atau sekitar sepertiga wilayah negara Cad saat ini. Peran danau air tawar itu sangat sentral bagi masyarakat di kawasan serbagurun tersebut.
Peradaban Cad yang perdana muncul di sini, seiring kedatangan kaum pendatang dari daerah di sekitarnya pada 7.000 tahun sebelum Masehi. Pada 1960-an, luasnya tinggal 26 ribu kilometer persegi saja. Peningkatan kebutuhan air bersih telah membuat ukuran Danau Cad makin surut. Pada 1983, luasnya sekitar 10 ribu-25 ribu kilometer persegi, tergantung musim, sementara pada 2000 hanya 1.500 kilometer persegi.
Kawasan cekungan danau yang tak lagi terendam air kemudian menjadi rawa dangkal. Kawasan rawa nan luas ini menjadi habitat aneka fauna khas Afrika seperti kuda nil, buaya, bangau, dan aneka ikan.Pada wilayah cekungan Danau Cad inilah jejak Islam di negara yang berjuluk 'Jantung Mati Afrika' yang paling awal bisa ditemukan.
Kedatangan Islam
Cad adalah rumah bagi 6,25 juta umat Islam. Menurut data pada Pew Research Center, populasi Muslim di negara beribu kota N’djamena itu sebanyak 55,8 persen dari total penduduk. Lalu sejak kapan agama Islam menyebar di negara berjudul ‘’Jantung Mati Afrika’’ itu?
Sondersen Beck dalam Africa 1500 menyebut, di sekitar danau berdiam keturunan Uqbah bin Nafi, penyebar Islam di Afrika Utara. Uqbah tergabung dalam misi penaklukan kawasan Afrika Utara yang dipimpin pamannya, Amr bin Ash, sekitar 650-an Masehi. Khalifah Umar bin Khattab sendiri yang memberi instruksi langsung untuk melakukan misi strategis tersebut.
Sedangkan Jean Claude Zeltner dalam Les pays du Tchad dans la tourmente, menuturkan, penyebar Islam di dataran rendah Cad yang pertama adalah kaum Berber yang sudah memeluk Islam.
Walau demikian, sejarah mencatat penguasa asli di wilayah Kanem dan Bornu sudah memeluk Islam pada abad ke-11. Kanem dan Bornu adalah kerajaan yang terletak di timur laut Danau Cad. Ekspansi besar golongan Arab ke Cad baru terjadi tiga abad kemudian.
Mulanya, Islam hanya populer di kawasan perkotaan dan terbatas bagi kaum elite penguasa, ulama, serta bangsawan semata. Perlahan-lahan, agama baru ini bisa melebur dengan kebudayaan setempat melalui perkawinan lintas kalangan. Selain itu, Islam juga mulai tersebar secara bertahap di komunitas non-Arab.
Hasilnya, Islam di Cad mulai diterima secara luas, tak lagi didominasi elemen-elemen budaya Arab sehingga menghasilkan lanskap sosial yang berwarna. Tarikat sufi, terutama Tijaniyah dan Sanusiyah, berperan besar dalam penyebaran Islam di pedesaan Cad. Para pengikut tarikat ini aktif berdakwah ke pedalaman, kampung berawa, hingga pelosok sabana yang membentang di kawasan selatan.
John Works dalam Pilgrims in a Strange Land, menulis, pada akhir abad ke-19, para pendakwah bekerja dengan mengembara dari kampung ke kampung sambil mengajar atau berdagang untuk menghidupi diri. Hasilnya signifikan, sebanyak 55 persen penduduk Cad tercatat sebagai pemeluk Islam. Kristen dan Protestan menjadi kelompok agama dominan setelah Islam. Selain itu, masih terdapat sebagian kecil penganut animisme dan ateisme.
Walau keterlibatan pendakwah sufi dalam dakwah di pedesaan terbilang intensif, namun sinkretisme Islam dengan aliran kepercayaan setempat serta praktik ibadahnya sulit terhindarkan. Kondisi tersebut terutama terjadi di Cad bagian selatan yang kebudayaannya masih bertalian kental dengan keyakinan leluhurnya yang pagan.
Karena karakter yang cenderung terbelakang tadi, kawasan ini baru berkembang setelah kedatangan kolonialis Prancis. Sebelum kolonialisasi, perkembangan Islam di bagian utara Cad jauh lebih maju daripada di bagian selatan yang animis, baik dalam skala maupun karakter aktivitas politik, ekonomi, komersial, dan budayanya.
Redaktur: Heri Ruslan
REPUBLIKA.CO.ID,