Kisah Teladan Islam - ‘‘AYAH ENGKAU BENAR² LUAR BIASA’’
Orang tua kandungku tinggal ayahku seorang. Ibu kandungku meninggal saat aku SMA. Sejak itu ayah berusaha keras menjadi dua orang sekaligus untuk aku dan kakakku.
Ia tahu aku dan kakakku belum bisa hidup mandiri. Ia melakoni banyak pekerjaan untuk membuat keadaan kami tidak jauh berbeda dari sebelum kami kehilangan ibu....
Orang tua kandungku tinggal ayahku seorang. Ibu kandungku meninggal saat aku SMA. Sejak itu ayah berusaha keras menjadi dua orang sekaligus untuk aku dan kakakku.
Ia tahu aku dan kakakku belum bisa hidup mandiri. Ia melakoni banyak pekerjaan untuk membuat keadaan kami tidak jauh berbeda dari sebelum kami kehilangan ibu....
Ini terjadi di hari pertamaku bekerja. Awalnya aku masih berpikir bahwa bekerja adalah tahapan hidup yang harus dilalui, sesederhana itu. Aku akan bekerja, mendapatkan gaji dan memberikan sebagian gajiku untuk orang tua yang selama ini membiayaiku.
Ternyata aku hanya menggunakan otak dan sibuk dengan kecemasan akan hari pertamaku sendiri. Aku ingat suatu saat aku dan sahabatku ngobrol.
"Gimana reaksi ayahmu setelah tau kamu kerja...???" (tanyanya.)
"Hmm, biasa aja sih. Cuma kasih selamat...!!!" (jawabku.)
"Oh itu sih sebenernya di balik pintu ayahmu terharu...!!!" (sahutnya.)
"Hahaha... iya mungkin. Tapi ayahku nggak pernah yang heboh² gitu kok...!!!" (balasku.)
Ternyata bekerja itu bukan hanya sebuah tahapan hidup di mana kita hanya melakukan sesuatu kemudian mendapatkan uang. Setengah hariku hampir habis di kantor untuk mempelajari ini dan itu. Dalam setengah hari itu pun aku berubah menjadi sosok yang lain dari kemarin.
Aku melepas segenap zona nyamanku, berusaha beradaptasi dengan lingkungan baru, mengerjakan ini dan itu. Gila, aku capek sekali. Kemarin aku masih bisa tidur siang dan nonton TV. Masih bisa menghabiskan waktu untuk bermain².
Aku pun teringat ayahku yang sudah tua. Ini baru sehari dan aku sudah merasakan sebegitu luar biasanya bekerja. Sedangkan ayahku...??? Ia sudah menempuh puluhan tahun untuk bekerja. Ia menghadapi semua untuk menghidupi kami semua. Saat melakukan sholat Ashar, aku hampir menitikkan air mata memikirkan ini. Apa saja yang sudah kulakukan untuk ayahku...??? Apa saja yang sudah ayahku lakukan ketika aku dengan malasnya enak²an tidur siang dan nongkrong membuang banyak uang...???
Aku pulang malam hari itu. Sahabatku mengantarkanku pulang. Di tengah perjalanan kami kembali ngomong².
"Gimana hari pertama...???" (tanya sahabatku.)
"Hahahaha... Babak belur aku dihajar tugas dan waktu...!!!" (jawabku)
"Oh nggak apa², nanti juga kamu terbiasa. Ayahmu pasti terharu waktu kamu ngasih gaji pertama...!!!" (supor sahabat aku dengan nada optimis.)
Sejenak aku setuju akan pemikirannya. Namun tak lama kemudian aku membatin, "Nggak. Gaji pertamaku nggak ada apa²nya kok. Itu nggak akan cukup membayar apa yang sudah dilakukan ayahku. Bahkan, aku bekerja ini masih satu per sejuta langkah hidup ayahku...!!!"
*****
Ayah... Walaupun mungkin ia tidak terharu di balik pintu, namun di balik matanya sudah menggerombol keharuan yang nyaris tak terbendung.
Walaupun aku sudah besar, ia akan tetap khawatir ketika putrinya akan berangkat kerja di hari pertama.
Walaupun aku akan menyodorkan gaji pertamaku, itu tidak akan sebanding dengan apa yang telah ia berikan, bahkan aku masih diberi kesempatan Allah SWT untuk menerima lebih banyak lagi.
Ayah, aku baru benar² menyadari bahwa kau benar² luar biasa.