Taman bermain bagi anak nampaknya perlu diperbanyak. Dengan tujuan agar anak-anak dapat makin aktif secara fisik. Supaya makin diminati dan juga digunakan oleh anak, arena bermain ini sebaiknya dirancang khusus sesuai dengan usia anak.
Riset terhadap taman bermain untuk umum ini dilakukan oleh para peneliti di Belanda. The Richard Krajicek Foundation membuat area bermain umum, dikenal sebagai taman bermain Krajicek, di lingkungan yang kehilangan arena bermain.
Setiap taman bermain memiliki rancangan unik didasarkan atas kebutuhan anak-anak yang lebih banyak menggunakannya. Setiap taman bermain diawasi selama waktu tersibuk, dan pembina bertanggung jawab untuk mengelola aktivitasnya.
“Menyediakan tempat bermain, yang memberikan lingkungan bermain, yang memotivasi serta aman secara sosial akan meningkatkan aktivitas fisik serta akan memiliki pengaruh, sedikit tetapi relevan, terhadap kesehatan publik,” ujar Evert Verhagen dari VU University Medical Center, Amsterdam. Masalahnya, kesempatan bermain dengan aman masih terbatas.
Untuk itu, seperti dilaporkan dalam Journal of Science and Medicine in Sport, para periset secara acak memilih 10 dari 99 tempat bermain Krajicek dan 10 tempat bermain khusus.
Mahasiswa yang sudah dilatih secara khusus, mengawasi tempat bermain selama empat hari untuk menentukan jumlah anak dan intensitas aktivitas fisik mereka di area bermain tersebut. Para periset menjumpai tempat bermain Krajicek kosong sekitar 12 persen dari suatu waktu. Sementara tempat bermain umum kosong sekitar 29 persen dari suatu waktu.
Sebanyak 13 persen dari anak-anak di tempat bermain Krajicek terlibat dalam aktivitas fisik kuat dibandingkan dengan sekitar 10 persen anak di tempat bermain umum, yang perbedaannya memang hanya sedikit saja. Dengan tempat bermain Krajicek nampaknya menarik lebih banyak anak laki-laki daripada perempuan. Para periset menduga, anak laki-laki tertarik dengan olah raga tim seperti sepak bola dan basket di tempat bermain.
"Sejumlah desain mungkin lebih baik daripada yang lain. Sehingga penting untuk mengambil lingkungan lokal sebagai bahan pertimbangan," imbuh Verhagen.
Sebagai contoh, akan memberikan sedikit pengaruh untuk memasang lapangan basket di lingkungan dimana anak-anak umumnya berusia lebih kecil. Secara kontras, ayunan akan kurang menarik bagi anak yang usianya sudah lebih besar. Karenanya, saran Verhagen, cara terbaik untuk mencocokkan tempat bermain dengan lingkungan adalah berbicara dengan warganya.
“Juga pastikan untuk memasukkan lingkungan sosial. Tempat bermain perlu untuk diakses oleh semua dan bukan hanya sekelompok kecil dari anak besar yang ‘memiliki’ arena bermain. Semua pengguna perlu merasa aman saat bermain di sana," tegasnya.