Datanglah Nabi Isa ‘alaihis salam kepada saudaranya, Nabi Yahya bin Zakariya ‘alaihimus salam. Beliau hendak mengingatkan lima hal yang diperintahkan kepadanya dan supaya disampaikan kepada Bani Israil agar mereka mengamalkannya. Nabi Isa mengingatkan sebab Nabi Yahya hampir saja lamban (lupa) untuk menyampaikan nasihat tersebut.
Kata Nabi Isa, “Apakah kau sendiri yang akan menyampaikannya, atau aku yang harus melakukannya?” Serta merta, Nabi Yahya menyahut, “Jika kau mendahuluiku, wahai saudaraku,” lanjutnya menyampaikan, “Aku takut akan diazab atau ditenggelamkan ke dalam bumi.”
Maka Nabi Yahya pun mengumpulkan kaum Bani Israil di Baitul Maqdis. Setelah mereka memenuhi tempat suci tersebut, beliau mencari tempat yang paling tinggi untuk menyampaikan lima hal yang diperintahkan kepadanya dan kaum Bani Israil.
BERIBADAHLAH DAN JANGAN MEMPERSEKUTUKAN-NYA
Beliau menjelaskan, perumpamaan hal itu seperti seorang budak yang dibeli oleh seorang tuan dengan harta emas dan peraknya. Kemudian budak itu bekerja dengan rajin, namun ia memberikan upahnya (hasilnya) kepada selain tuannya. Tanya Nabi Yahya, “Siapakah di antara kalian yang menginginkan budaknya berbuat demikian?”
Lanjut Nabi Yahya, maka Allah Ta’ala yang telah memberikan rezeki kepada kalian, wajib untuk disembah dan haram menjadikan bagi-Nya sekutu dari jenis makhluk apa pun.
DIRIKANLAH SHALAT
Dijelaskan oleh beliau, “Allah Ta’ala menghadapkan wajah-Nya kepada wajah hamba yang menghadapkan wajah kepada-Nya.” Maka, lanjut beliau, “Jangan palingkan wajahmu saat mendirikan shalat.”
KERJAKANLAH PUASA
Puasa, sebagaimana penjelasan beliau, diibaratkan seperti orang yang membawa minyak kesturi ke tengah-tengah perkumpulan orang, dan semua yang hadir mencium bau minyak kesturi tersebut. Sesungguhnya, lanjut Nabi Yahya, “Bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi dari bau kesturi.”
BERIKANLAH SEDEKAH
Allah Ta’ala memerintahkan bagi Nabi Yahya dan Bani Israil agar mereka bersedekah. Sabda Nabi Yahya, “Sedekah ibarat seseorang yang ditawan oleh musuh, diikat kedua tangannya dan hendak dipenggal lehernya. Kemudian, dia berkata, ‘Apakah kalian mengizinkan aku untuk menebus diriku?'”
Lanjut Nabi Yahya, “Maka orang itu menebus dirinya dengan semua harta yang dimiliki, dan ia berhasil membebaskan dirinya.”
PERBANYAKLAH DZIKIR
Perumpamaan dzikir, tulis Ibnu Katsir mengutip hadits ini dalam Tafsirnya, “Seperti orang yang dikejar musuh dengan melacak jejak kakinya. Lalu, orang itu mendatangi sebuah benteng yang terjaga ketat, dan berlindung di dalamnya.”
Tutup Nabi Yahya mengakhiri lima nasihatnya, “Sesungguhnya seorang hamba benar-benar terlindungi dari syaitan jika senantiasa berdzikir kepada Allah Ta’ala.” [Pirman]