Imam Ahmad bin Hanbal dalam kitabnya yang berjudul Az Zuhud, menuliskan sebuah riwayat yang sampai kepada shahabat Salman Al Farisi.Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Ada seorang lelaki yang masuk surga gara-gara seekor lalat dan ada pula lelaki lain yang masuk neraka gara-gara lalat.”Mereka, para sahabat, bertanya, “Bagaimana hal itu bisa terjadi wahai Rasulullah?”“Ada dua orang lelaki,” jawab Rasulullah, “yang melewati suatu kaum yang memiliki berhala.”Tidak ada seorangpun yang diperbolehkan melewati daerah itu melainkan dia harus berkorban (memberikan sesaji) sesuatu untuk berhala tersebut. Mereka pun mengatakan kepada salah satu di antara dua lelaki itu, “Berkorbanlah!”Ia pun menjawab, “Aku tidak punya apa-apa untuk dikorbankan.”Mereka mengatakan, “Berkorbanlah, walaupun hanya dengan seekor lalat!”Ia pun berkorban dengan seekor lalat, sehingga mereka pun memperbolehkan dia untuk lewat dan meneruskan perjalanan. Karena sebab itulah, ia masuk neraka.Mereka juga memerintahkan kepada orang yang satunya, “Berkorbanlah!”Ia menjawab, “Tidak pantas bagiku berkorban untuk sesuatu selain Allah ‘azza wa jalla.”Akhirnya, mereka pun memenggal lehernya. Karena itulah, ia masuk surga.Demikianlah keadaan dua orang manusia yang nasibnya berbeda karena salah satunya berujung di neraka selama-lamanya, dan yang lainnya berujung di surga selama-lamanya. Padahal, keduanya sebelumnya adalah sama-sama seorang Muslim.Manusia, seringkali menganggap remeh masalah bahaya syirik. Padahal seseorang bisa saja terjerumus dalam kesyirikan sedangkan ia tidak mengetahui bahwa perbuatan tersebut syirik yang menyebabkan dia terjerumus dalam neraka nantinya.Oleh karena itu, sahabat Anas berpitawat, “Kalian mengamalkan suatu amalan yang disangka ringan, namun kami yang hidup di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menganggapnya sebagai suatu petaka yang amat besar.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Ada seorang lelaki yang masuk surga gara-gara seekor lalat dan ada pula lelaki lain yang masuk neraka gara-gara lalat.”
Mereka, para sahabat, bertanya, “Bagaimana hal itu bisa terjadi wahai Rasulullah?”
“Ada dua orang lelaki,” jawab Rasulullah, “yang melewati suatu kaum yang memiliki berhala.”
Tidak ada seorangpun yang diperbolehkan melewati daerah itu melainkan dia harus berkorban (memberikan sesaji) sesuatu untuk berhala tersebut. Mereka pun mengatakan kepada salah satu di antara dua lelaki itu, “Berkorbanlah!”
Ia pun menjawab, “Aku tidak punya apa-apa untuk dikorbankan.”
Mereka mengatakan, “Berkorbanlah, walaupun hanya dengan seekor lalat!”
Ia pun berkorban dengan seekor lalat, sehingga mereka pun memperbolehkan dia untuk lewat dan meneruskan perjalanan. Karena sebab itulah, ia masuk neraka.
Mereka juga memerintahkan kepada orang yang satunya, “Berkorbanlah!”
Ia menjawab, “Tidak pantas bagiku berkorban untuk sesuatu selain Allah ‘azza wa jalla.”
Akhirnya, mereka pun memenggal lehernya. Karena itulah, ia masuk surga.
Demikianlah keadaan dua orang manusia yang nasibnya berbeda karena salah satunya berujung di neraka selama-lamanya, dan yang lainnya berujung di surga selama-lamanya. Padahal, keduanya sebelumnya adalah sama-sama seorang Muslim.
Manusia, seringkali menganggap remeh masalah bahaya syirik. Padahal seseorang bisa saja terjerumus dalam kesyirikan sedangkan ia tidak mengetahui bahwa perbuatan tersebut syirik yang menyebabkan dia terjerumus dalam neraka nantinya.
Oleh karena itu, sahabat Anas berpitawat, “Kalian mengamalkan suatu amalan yang disangka ringan, namun kami yang hidup di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menganggapnya sebagai suatu petaka yang amat besar.”