“Maka janganlah kamu mati, kecuali dalam memeluk agama Islam.” (Qs. al-Baqarah [2]: 132)
Yang paling pasti dari kehidupan adalah kematian. Sebab tak ada yang kekal, selain Allah Ta’ala. Semua yang alami kehidupan, cepat atau lambat, pasti mengalami mati. Maka, kapan mati tak penting untuk dibicarakan.
Awalnya, manusia tiada. Kemudian Allah Ta’ala menghidupkannya dalam kandungan ibunya. Dalam kurun waktu tertentu, mereka pun lahir ke dunia. Itulah kematian dan kehidupan yang pertama. Setelah itu, manusia kembali dimatikan untuk dihidupkan dalam kehidupan akhirat. Inilah kematian dan kehidupan yang kedua.
Dalam fase kehidupan pertama di dunia, ada bekal yang harus disiapkan. Pasalnya, hidup selepas mati lebih kekal dibanding kehidupan di dunia. Maka, dalam fase hidup yang singkat ini, manusia dituntut untuk mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya.
Namun, jangan mati, seperti nasihat ayat di atas, kecuali dalam keadaan memeluk Islam. Inilah kematian terbaik, kematian yang didambakan. Dengan kematian jenis inilah, seseorang akan mengalami kehidupan yang lebih baik di akhirat kelak, dengan izin Allah Ta’ala.
“Berbuat baiklah kalian ketika menjalani kehidupan ini,” tutur Ibnu Katsir saat menafsirkan ayat ini, “dan berpegang teguhlah pada agama ini (Islam).” Hanya dengan itulah, lanjutnya, “Allah Ta’ala akan menganugerahkan kematian kepada kalian dalam keadaan memeluk agama Islam.”
Lebih lanjut beliau menjelaskan, “Siapa yang menghendaki kebaikan akan diberi taufik dan dimudahkan baginya oleh Allah Ta’ala,” dan, “siapa yang berniat kepada kebaikan, maka Allah Ta’ala akan meneguhkannya.”
Ayat ini, berkaitan erat dengan hadits Muttafaq ‘alaih tentang seseorang yang beramal dengan amalan ahli surga, lalu ketika jaraknya dengan surga tinggal sedepa, tetapi dia didahului oleh apa yang terdapat dalam Lauhul Mahfuzh, hingga ia pun mengerjakan amalan ahli neraka. Karenanya, ia pun dijebloskan ke dalam siksa-Nya yang menyala. Begitupun sebaliknya.
Karenanya, penting untuk menjaga diri dan tak boleh sedikit pun merasa telah mendapat petunjuk hingga sombong merasuk ke dalam hati. Sebab, sekecil apa pun, sombong adalah sifat tercela yang bisa menjerumuskan pelakunya ke dalam nerakka.
Selain itu, jangan sampai tertipu. Sebab Rasulullah pernah memberikan nasihat, “Seseorang mengerjakan satu amalan yang tampak oleh orang lain sebagai amalan penghuni surga, dan ia mengerjakan suatu amalan yang tampak oleh orang lain sebagai amalan ahli neraka.”
Semoga Allah Ta’ala kuatkan kita untuk berpegang pada al-Qur’an dan sunnah Nabi-Nya. aamiin. [Pirman]