Dengan pongah, mereka mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam untuk menyampaikan pertanyaan. “Wahai Abu Qasim,” ujar mereka, “beritahukan kepada kami perkara yang kami tanyakan kepadamu.”
Mereka pun menyampaikan empat pertanyaan yang hanya diketahui jawabannya oleh para Nabi. Apakah pertanyaan-pertanyaan tersebut? Dan siapakah para penanya itu?
Sebelum menyanggupi untuk menyampaikan jawaban atas pertanyaan itu, Nabi mengambil sumpah agar mereka mau masuk Islam jika beliau bisa menjawab. Namun, meski mereka menyanggupinya dengan bersumpah, faktanya mereka tetap mengingkarinya.
Pertama, apakah makanan yang diharamkan oleh Israil (Nabi Ya’qub ‘alaihis salam) atas dirinya sendiri sebelum diturunkan kitab Taurat?
Pertama, apakah makanan yang diharamkan oleh Israil (Nabi Ya’qub ‘alaihis salam) atas dirinya sendiri sebelum diturunkan kitab Taurat?
Jawab Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, “Aku bersumpah demi Allah yang menurunkan Taurat kepada Musa, apakah kalian mengetahui bahwa Israil Ya’qub pernah menderita sakit parah dan penyakitnya itu menahun?
Ia bernadzar, jika Allah Ta’ala menyembuhkannya, dia akan mengharamkan makanan dan minuman yang paling dia sukai. Makanan yang paling ia sukai adalah daging unta. Dan minuman kesukaannya adalah susu unta.”
Kedua, beritahukan kepada kami bagaimana air mani laki-laki dan perempuan?
Kedua, beritahukan kepada kami bagaimana air mani laki-laki dan perempuan?
Sebelum menjawabnya, Rasulullah kembali bersumpah kepada Allah Ta’ala yang menurunkan kitab Taurat kepada Nabi Musa. Jawab beliau, “Air mani laki-laki itu pekat dan berwarna putih, sedangkan air mani perempuan encer dan berwarna kekuningan.”
Ketiga, bagaimana air mani itu bisa menjadi laki-laki dan perempuan?
Atas pertanyaan ini, Rasulullah bersabda, “Mana dari kedua (air mani)nya yang mendominasi, maka baginya anak dan kemiripan, dengan izin Allah.”
Lanjut beliau menerangkan, “Jika sperma laki-laki mendominasi, dengan izin Allah akan lahir anak laki-laki. Dan jika ovum perempuan lebih mendominasi, maka terlahirlah anak perempuan dengan izin Allah.”
Setelah mendengar dan membenarkan jawaban dari masing-masing pertanyaan seraya bersumpah berkali-kali akan masuk Islam, mereka pun menyampaikan pertanyaan keempat seraya mengancam.
“Sekarang, beritahukan kepada kami siapa malaikat yang menolongmu.” Lanjutnya bernada ancaman, “Jawaban ini yang akan menentukan, kami akan mengikutimu atau berpisah dengamu.”
“Sekarang, beritahukan kepada kami siapa malaikat yang menolongmu.” Lanjutnya bernada ancaman, “Jawaban ini yang akan menentukan, kami akan mengikutimu atau berpisah dengamu.”
Duhai celakanya mereka. Padahal sebelumnya mereka tidak sampaikan ancaman ini. Rupanya, ini menjadi salah satu bukti keras kepalanya mereka dan pengingkaran atas kebenaran yang terang benderang.
“Sesungguhnya,” ungkap Nabi, “penolongku adalah malaikat Jibril.” Lanjut Nabi menyampaikan, “Dan tidaklah Allah mengutus seorang Nabi pun, melainkan ia sebagai penolongnya.”
“Inilah yang menjadikan kami berpisah denganmu,” sambar mereka tak sopan. Ujarnya beralasan, “Jika penolongmu selain malaikat Jibril, niscaya kami akan mengikuti dan membenarkanmu.”
“Mengapa kalian tidak percaya padanya?” tanya Nabi.
“Karena Jibril,” congkaknya menyampaikan, “adalah musuh kami.”
Maka, Allah Ta’ala pun memusuhi siapa yang menjadikan Jibril sebagai musuhnya. Mereka adalah orang Yahudi yang terlaknat. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitab Musnad.[Pirman]