“Aku akan menanyakan kepada kami tentang tiga hal yang tidak diketahui kecuali oleh seorang Nabi,” ujarnya ketika bertemu dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
Siapakah dia? Untuk apa ia bertanya? Akankah ia masuk Islam setelah mendengar jawaban dari Nabi? Mari simak hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukharin dari Anas bin Malik ini.
Ketiga pertanyaan yang ia sampaikan adalah: Apa yang pertama kali menjadi tanda kiamat? Apa makanan penghuni surga yang pertama? Apa yang membuat seorang anak menyerupai bapak atau ibunya?
Rupanya, sebelum orang itu bertanya, malaikat Jibril terlebih dahulu mendatangi Nabi untuk memberitahukan hal itu.
Kata Nabi, “Jibril baru saja memberitahukan hal itu kepadakum.”
“Jibril?” Tanyanya.
“Ya,” lanjut Rasulullah, “ia adalah malaikat yang dimusuhi orang Yahudi.” Kemudian beliau membaca Surat al-Baqarah [2]: 98.
“Tanda Kiamat yang pertama kali adalah api yang menggiring manusia dari arah timur ke barat,” lanjut Rasulullah, “sedangkan yang dimakan pertama kali oleh penghuni surga adalah hati ikan paus,” dan, pungkas Nabi, “jika mani laki-laki lebih mendominasi, maka anaknya akan menyerupainya. Dan jika mani perempuan mendominasi, maka anaknya akan menyerupainya.”
Mendengar jawaban itu, sosok Yahudi yang bernama Abdullah bin Salam pun langsung mengikrarkan dua kalimat syahadat. Dia mengakui Allah Ta’ala sebagai satu-satunya Rabb yang wajib disembah, dan Muhammad sebagai utusan-Nya.
Tak lama setelah itu, serombongan kaum Yahudi pun datang. Maka Nabi bertanya, “Menurut kalian, seperti apakah Abdullah bin Salam ini?”
“Ia,” jawab Yahudi, “adalah orang terbaik dan putra orang terbaik di antara kami.” Lanjutnya, “Ia adalah pemuka kami dan putra pemuka kami.”
“Bagaimana menurutmu,” lanjut Nabi bertanya, “jika ia masuk Islam?”
Jawab mereka amat yakin, “Semoga Allah melindunginya dari hal itu.”
Maka Abdullah bin Salam pun keluar seraya berkata, “Aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah selain Allah, dan Muhammad adalah Rasulullah.” Lebih lanjut, ia berkata, “Sesungguhnya inilah yang paling aku khawatirkan, ya Rasulullah.”
Hadits yang dikutip oleh Imam Ibnu Katsir dalam kitab Tafsirnya ini juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Tsauban. [Pirman]