Di dalam setiap perintah maupun larangan, pasti terdapat hikmah yang amat melimpah. Karenanya, siapa melakukan atau meninggalkan sesuatu karena Allah Ta’ala semata; maka Dia akan berikan balasan terbaik padanya.
Ada hikmah yang agung dalam peristiwa Nabi Ibrahim yang meninggalkan istrinya, Hajar, dan Ismail di lembah tak berpenghuni. Karena tidak tega pula, Ibrahim hanya diam saat istrinya bertanya maksud dari perbuatannya itu.
Baru beberapa saat kemudian, Hajar memahami bahwa hal itu adalah perintah Allah Ta’ala yang harus diikuti tanpa sedikit pun tanya.
Lepas kepergian Ibrahim, Hajar pun menyusui anaknya. Sedangkan dirinya mencukupkan diri dengan bekal air yang dibawanya. Tak lama setelah itu, bekal habis. Sementara Ismail kecil menangis.
Hajar pun berupaya mencari orang lain yang mungkin menetap di lembah tersebut. Namun, usai berlari dari bukit Shafa bolak-balik ke bukit Marwah; Hajar tak menemukan apa pun.
Ketika mendekati Marwah, ia mendengar sebuah suara. Katanya, “Diam.” Kalimat itu, ditujukan untuk dirinya sendiri. Kemudian, ia berupaya lagi untuk mendengar suara tersebut, dan ia berhasil melakukannya.
“Engkau dapat memperdengarkan. Adakah Engkau dapat menolong?” Tanya itu, ditujukan kepada sosok yang terdengar suaranya itu.
Kemudian, tutur Imam al-Bukhari, “Tiba-tiba ia mendapatkan malaikat di tempat air Zamzam.” Lanjutnya menerangkan sebagaimana didapati dari Ibnu Abbas, “Malaikat itu menggali tanah dengan ‘tumitnya’.”
Sementara dalam riwayat lain disebutkan dengan sayapnya, hingga muncullah air.
Sang Ibu Hajar pun, terang Imam Bukhari, “Membendung air dengan tangannya, lalu menyiduk dan menampungnya ke tempat air. Dan, aliran air semakin deras setelah ia menyiduknya.”
Zamzam. Ya. Itulah sumur yang digali oleh malaikat. Sumur nan diberkahi itu terus mengalir hingga kini dan senantiasa dimanfaatkan untuk kaum muslimin dari berbagai belahan bumi.
Lepas menyampaikan hadits ini, Nabi bersabda, “Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada Ibu Ismail.” Lanjut beliau menyampaikan, “Seandainya ia tidak menciduk airnya-niscaya Zamzam menjadi mata air yang mengalir.”
Ibu dan anaknya yang diberkahi itu pun meminum airnya, lalu malaikat mendoakan dan menyampaikan agar keduanya tidak khawatir; sebab Allah Ta’ala mustahil menelantarkan hamba-hamba-Nya. [Pirman]